Projek

PPKN & BAHASA INGGRIS

SEJARAH

Sejak pagi, kami telah bersiap untuk perjalanan ini. Kumpul di lapangan SMKN 8, absensi,  Bus yang membawa kami melaju melewati Jalan Pejaten jalan ini dinamai dari kata betawi yaitu pejatian yang berarti hutan jati, lalu melewati Jalan Warung Jati Barat, Warung artinya tempat bersinggah dan jati berarti pohon jati, karena wilayah ini memang dulunya juga banyak ditumbuhi pohon jati dan menjadi tempat istirahat para musafir ,jalan ini menghubungkan ke arah Jalan Pejaten, dan Jalan Karang Pola dengan melewati rumah-rumah,lalu kami melewati Jalan TB Simatupang, dinamai dari pahlawan nasional Tahi Bonar Simatupang, mengantar kami melewati berbagai gedung penting seperti Kementerian Pertanian, dan Kantor Pajak, kawasan yang dahulu merupakan pinggiran kota tetapi kini berkembang menjadi pusat ekonomi dan sosial Jakarta,lalu kami melewati Tol Lenteng Agung,tol ini adalah bagian dari tol Depok-Antasari, tujuan dibangunnya tol ini adalahuntuk mengurangi kemacetan ke arah Depok ,dan sebaliknya. Di dalam bus, suasana tidak hanya diisi oleh percakapan antarpeserta, tetapi juga oleh penjelasan dari tour guide yang memberikan informasi berharga tentang tempat-tempat bersejarah yang kami lewati.

MUSEUM INDONESIA
ANJUNGAN SUMSEL
ANJUNGAN RIAU

ILMU PENGETAHUAN ALAM & SOSIAL

1. Pengamatan Perilaku Ekonomi di TMII

Selama kegiatan kunjungan ke TMII, saya banyak mengamati berbagai aktivitas
ekonomi yang terjadi di sekitar area wisata. TMII bukan hanya tempat untuk
belajar tentang budaya dari berbagai daerah di Indonesia, tetapi juga merupakan
tempat yang ramai dengan kegiatan ekonomi yang bisa diamati secara langsung
dalam kehidupan nyata.

Salah satu perilaku ekonomi yang paling terlihat adalah aktivitas para pedagang
makanan dan minuman. Mereka menjual aneka kuliner khas daerah seperti kerak
telor, es cendol, soto betawi, dan berbagai makanan ringan lainnya. 

Para pedagang ini adalah pelaku ekonomi yang menyediakan barang berupa makanan dan minuman untuk dikonsumsi oleh para pengunjung. Mereka berperan sebagai produsen dan distributor, sementara para pengunjung yang membeli makanan bertindak sebagai konsumen. Interaksi antara penjual dan pembeli ini merupakan bagian dari kegiatan ekonomi berupa produksi, distribusi, dan konsumsi.

Selain itu, saya juga melihat jasa penyewaan kendaraan seperti sepeda, mobil mini keliling, dan skuter listrik. Jasa ini sangat membantu pengunjung yang ingin
menjelajahi TMII dengan lebih praktis dan tidak terlalu lelah berjalan kaki.
Pemilik penyewaan berperan sebagai pelaku ekonomi yang menyediakan jasa,
sedangkan pengunjung menjadi konsumen yang menggunakan jasa tersebut.
Proses ini termasuk dalam aktivitas distribusi dan konsumsi jasa.

Saya juga mengamati adanya penjual aksesoris, topi, kaus, tas, dan suvenir khas
daerah di beberapa titik keramaian di TMII. Mereka menjajakan barang dagangan
di stand atau kios kecil. Produk yang dijual biasanya menarik perhatian karena
mencerminkan budaya dari berbagai provinsi di Indonesia. Ini menunjukkan
bahwa selain menjual barang, mereka juga turut mempromosikan nilai-nilai lokal.
Kegiatan ini menunjukkan bahwa wisata juga bisa menjadi lahan ekonomi yang
produktif.

Dari semua pengamatan tersebut, saya jadi lebih memahami bahwa kegiatan
ekonomi tidak hanya terjadi di pasar atau toko, tapi juga bisa terjadi di tempat
wisata. Semua pihak yang terlibat baik penjual, penyedia jasa, maupun
pembeli mempunyai peran penting dalam sistem ekonomi yang saling berkaitan.

2. Pengamatan Perilaku Ekonomi di TMII

Selama mengikuti kegiatan di TMII, saya menyadari bahwa banyak kebutuhan
yang muncul selama perjalanan dan kegiatan berlangsung. Karena itu, sangat
penting untuk mampu mengelola kebutuhan tersebut berdasarkan tingkat
kepentingannya.Kebutuhan paling utama yang saya alami adalah air minum. Kegiatan banyak dilakukan di luar ruangan dan cuaca cukup panas, sehingga tubuh memerlukan cairan agar tetap segar dan tidak dehidrasi.

Air minum adalah kebutuhan primer karena berkaitan langsung dengan kesehatan dan kelangsungan aktivitas. Kebutuhan berikutnya adalah makanan. Setelah berjalan-jalan dan mengunjungi berbagai area di TMII, saya merasa lapar dan perlu makan agar tetap bertenaga. Ini juga termasuk kebutuhan primer, tetapi saya tempatkan di urutan kedua karena air minum lebih mendesak. Saya memilih makanan yang harganya terjangkau dan sesuai selera.

Kebutuhan ketiga adalah membeli suvenir atau oleh-oleh. Saya tertarik pada
gantungan kunci, miniatur rumah adat, dan barang-barang khas dari daerahdaerah yang ditampilkan. Namun, kebutuhan ini termasuk dalam kategori tersier, karena tidak terlalu penting, tetapi saya ingin membelinya sebagai kenangkenangan dari tempat yang saya kunjungi.

Melalui kegiatan ini, saya belajar bahwa mengenali jenis kebutuhan dan
menyusunnya berdasarkan skala prioritas sangat penting agar pengeluaran tetap
terkontrol dan kebutuhan utama tetap terpenuhi lebih dulu.

3. Analisis Tindakan Ekonomi dan Prinsipnya

Selama kunjungan ke TMII, saya dihadapkan pada beberapa pilihan yang
berkaitan dengan pengeluaran uang, dan hal ini membuat saya berpikir lebih dalam mengenai keputusan-keputusan ekonomi yang saya ambil. Salah satu contoh nyata dari tindakan ekonomi saya terjadi ketika waktu makan siang tiba. Setelah berjalan mengelilingi beberapa anjungan rumah adat dan museum, saya merasa lapar dan memutuskan untuk mencari tempat makan di area kuliner TMII.

Ada banyak pilihan makanan yang tersedia, mulai dari makanan ringan seperti
cilok dan bakso tusuk, hingga makanan berat seperti nasi padang, soto betawi, dan kerak telor. Saya tidak langsung membeli makanan di tempat pertama yang saya lihat. Sebaliknya, saya mengamati terlebih dahulu harga-harga yang tertera,
melihat kondisi kebersihan tempat makan, serta memperhatikan seberapa ramai
pembeli di sana. Saya juga mempertimbangkan berapa uang yang saya miliki agar tidak habis dalam satu kali makan. 

Akhirnya, saya memutuskan untuk membeli satu porsi nasi uduk lengkap dengan
ayam goreng dan tahu tempe. Selain karena harganya cukup terjangkau, tempatnya
juga bersih dan makanannya terlihat menggugah selera. Saya merasa puas dengan pilihan itu karena kenyang, hemat, dan tidak perlu mengeluarkan uang tambahan untuk membeli camilan lain. Ini adalah salah satu bentuk keputusan ekonomi yang saya ambil dengan mempertimbangkan banyak hal.

Motif ekonomi di balik keputusan saya adalah memenuhi kebutuhan makan
sebagai bentuk menjaga energi dan kesehatan tubuh selama mengikuti kegiatan. Selain itu, saya juga ingin mencoba makanan khas yang tidak setiap hari saya makan di rumah, jadi ada juga unsur keinginan yang memengaruhi keputusan tersebut.

Jika dikaitkan dengan prinsip ekonomi, tindakan saya ini sudah mencerminkan
prinsip "menghasilkan manfaat sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecilkecilnya". Saya tidak sembarangan membeli makanan, tapi memilih dengan cermat agar mendapatkan makanan yang layak, enak, dan sesuai dengan uang saku saya. Dengan demikian, saya mendapatkan kepuasan maksimal tanpa merasa rugi atau menyesal setelah membeli.

Pengalaman sederhana seperti memilih tempat makan ternyata bisa menjadi
pelajaran penting tentang bagaimana kita mengambil keputusan ekonomi dalam
kehidupan sehari-hari. Kita harus terbiasa berpikir rasional, mempertimbangkan
untung rugi, serta mampu mengendalikan diri agar tidak mengeluarkan uang hanya berdasarkan keinginan sesaat. Hal ini menjadi bekal yang sangat berguna, tidak hanya saat kunjungan seperti ini, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari di masa depan.

4. Refleksi Perilaku Ekonomi

Selama kunjungan ini, saya juga memperhatikan berbagai perilaku ekonomi dari
pengunjung lain. Ada yang bersikap konsumtif, misalnya dengan membeli banyak
oleh-oleh tanpa memperhatikan harganya atau kegunaannya. Hal ini bisa dilihat sebagai perilaku konsumtif karena dilakukan lebih berdasarkan keinginan daripada kebutuhan. 

Namun, saya juga melihat perilaku rasional, seperti keluarga yang membawa bekal dari rumah agar bisa berhemat dan tetap sehat. Mereka memilih tempat yang nyaman untuk makan bersama dan tidak perlu mengeluarkan uang berlebihan untuk makanan di lokasi wisata. Ini adalah contoh keputusan ekonomi yang rasional, karena mempertimbangkan manfaat jangka panjang. Dari kunjungan ini, saya mendapatkan pelajaran penting bahwa dalam kehidupan
sehari-hari, kita harus mampu mengelola kebutuhan dan keuangan dengan bijak.
Membuat skala prioritas, mempertimbangkan keputusan ekonomi, serta
memahami motif dan prinsip di balik setiap tindakan ekonomi akan membantu kitamenjadi individu yang lebih bertanggung jawab, tidak hanya sebagai pelajar tetapijuga sebagai bagian dari masyarakat.

MULOK

A.    Rumah Adat

 Rumah adat Betawi, yaitu Rumah Kebaya, memiliki desain sederhana dengan atap menyerupai lipatan kebaya, mencerminkan keterbukaan masyarakat Betawi. Rumah adat Riau berbentuk rumah panggung, menyesuaikan dengan kondisi geografis pesisir dan rawa-rawa, serta memiliki ukiran khas Melayu. Sementara itu, Rumah Limas dari Sumatra Selatan memiliki struktur bertingkat dengan filosofi lima ruang yang melambangkan tahapan kehidupan manusia, mencerminkan nilai sosial dan hierarki dalam masyarakat Palembang.

B.   Pakaian Tradisional & Batik

 Pakaian adat Betawi terdiri dari baju Sadariah untuk laki-laki dan Kebaya Encim untuk perempuan, yang menunjukkan perpaduan budaya Nusantara dan Tionghoa. Batik Betawi memiliki motif warna-warni cerah dengan elemen khas Jakarta, seperti Monas dan Ondel-Ondel. Pakaian adat Riau, seperti baju kurung dan teluk belanga, mencerminkan kesederhanaan dan keanggunan budaya Melayu, sering dipadukan dengan kain songket. Batik Riau banyak terinspirasi dari unsur alam dan filosofi kehidupan masyarakat Melayu. Sementara itu, pakaian adat Sumatra Selatan, seperti Aesan Gede, memiliki desain mewah dengan kain songket berwarna emas, menunjukkan status sosial dan kemuliaan dalam adat Palembang.

C.    Alat Musik & Topeng

  Di Betawi, alat musik tradisional seperti tanjidor dan gambang kromong memiliki pengaruh kuat dari budaya kolonial dan Tionghoa, mencerminkan keberagaman musik tradisional dalam masyarakat urban. Topeng Betawi terkenal dalam seni Lenong dan Tari Topeng Betawi, yang sering digunakan dalam pertunjukan humor dan kritik sosial. Riau memiliki alat musik rebana dan gambus, yang sering digunakan dalam pertunjukan seni dan acara adat, mencerminkan harmoni dan nilai spiritual dalam musik Melayu. Sumatra Selatan memiliki alat musik seperti Gendang Melayu dan Kenong Basemah, yang digunakan dalam berbagai pertunjukan musik tradisional dan upacara adat.

D.    Tarian/KesenianTari Topeng Betawi

 memiliki gerakan ekspresif dan unsur humor, sering dimainkan dalam pertunjukan rakyat seperti Lenong. Tari Zapin dari Riau memiliki gerakan dinamis dan harmonis, mencerminkan nilai kebersamaan dan keseimbangan dalam budaya Melayu. Sementara itu, Tari Gending Sriwijaya dari Sumatra Selatan adalah tarian penyambutan yang penuh keanggunan, sering ditampilkan dalam acara resmi dan adat sebagai simbol penghormatan kepada tamu.   

E.    Makanan Khas

  Kuliner khas Betawi, seperti kerak telor dan soto Betawi, menunjukkan pengaruh dari berbagai etnis yang hidup di Jakarta, menciptakan perpaduan rasa yang unik dalam budaya makan masyarakat Betawi. Roti jala dan nasi lemak dari Riau mencerminkan pengaruh budaya Melayu dengan penggunaan santan dan rempah-rempah. Sementara itu, kuliner khas Sumatra Selatan, seperti pempek dan tekwan, menunjukkan pengaruh budaya maritim dengan bahan dasar ikan yang menjadi ciri khas makanan Palembang.

MATEMATIKA

Menghitung Luas Ruangan Balai Pameran di Anjungan Riau: Eksplorasi Matematika dan Budaya

Sebuah ruangan dalam Balai Pameran Anjungan Riau berbentuk persegi panjang dan memiliki luas total 396 meter persegi. Diketahui bahwa panjang ruangan selalu lebih 4 meter daripada lebarnya.Tentukan panjang dan lebarnya Untuk menghitung ukuran ruangan, kita gunakan prinsip dasar geometri:

  Luas Persegi Panjang=Panjang×Lebar

Menariknya, ruangan ini bukan hanya sekadar ruang kosong, tetapi juga memiliki filosofi tersendiri. Di dalamnya terdapat koleksi alat musik tradisional seperti gambus, nafiri, calempong, dan rebana, yang mengajarkan kita tentang harmoni dalam budaya Melayu. Wayang dan topeng di pameran juga menunjukkan bagaimana narasi sejarah disampaikan melalui seni visual dan pertunjukan. Dengan memahami luas ruangan ini, kita juga dapat mempelajari bagaimana ruang dalam arsitektur Melayu selalu didesain untuk keseimbangan dan fungsionalitas, mencerminkan nilai-nilai budaya yang dijaga turun-temurun.  Kesimpulan Outing class ini tidak hanya mengajarkan kita tentang sejarah dan budaya, tetapi juga membantu kita memahami bagaimana ilmu matematika hadir dalam kehidupan sehari-hari. Dari dimensi sebuah ruangan hingga filosofi yang terkandung di dalamnya, kita belajar bahwa angka dan budaya selalu beriringan

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Jumlah Anak Tangga Rumah Adat Riau: Representasi 17 Rakaat dalam Salat Sehari

Salah satu simbol yang mencerminkan nilai-nilai Islam adalah jumlah anak tangga pada rumah adat Riau yang berjumlah 17, serta jumlah kancing pada pakaian adat Melayu Riau yang berjumlah 5. Kedua elemen ini bukan sekadar bagian dari desain, tetapi memiliki makna filosofis yang mendalam, mencerminkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Jumlah Anak Tangga Rumah Adat Riau: Representasi 17 Rakaat dalam Salat Sehari Struktur rumah adat Melayu Riau memperlihatkan filosofi spiritual yang terintegrasi dalam desainnya. Jumlah anak tangga yang berjumlah 17 bukanlah kebetulan, melainkan simbol dari jumlah rakaat dalam salat wajib sehari semalam. Dalam tradisi Melayu, tangga tidak hanya berfungsi sebagai akses menuju rumah, tetapi juga melambangkan perjalanan hidup yang terus berkembang, baik secara sosial maupun spiritual. Menaiki tangga rumah adat dapat dimaknai sebagai proses menuju tingkat kehidupan yang lebih tinggi, baik dalam hubungan antar manusia maupun dengan Sang Pencipta. Setiap pijakan menjadi pengingat bahwa dalam sehari, manusia diingatkan untuk meluangkan waktu beribadah, bersujud, dan merenungi makna kehidupan melalui 17 rakaat salat wajib. Makna ini semakin diperkuat dengan adanya rumah adat Riau yang menyerupai bentuk tangan seorang hamba yang sedang berdoa, seperti Rumah Kampar, menegaskan bahwa spiritualitas adalah bagian yang tidak terpisahkan dari budaya dan identitas masyarakat Melayu. Keberadaan elemen-elemen ini menunjukkan bahwa ajaran Islam tidak hanya tercermin dalam ritual ibadah, tetapi juga dalam aspek kehidupan sehari-hari. Tradisi, arsitektur, dan busana menjadi wujud dari bagaimana budaya dan agama berjalan seiring, membentuk nilai-nilai luhur yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.

Kancing Lima pada Pakaian Adat Riau: Simbol Salat Lima Waktu

  Selain anak tangga, pakaian adat Melayu Riau juga memiliki jumlah kancing yang selalu lima. Pola desain ini bukan sekadar elemen estetika, tetapi juga sarat dengan nilai spiritual yang mengingatkan pemakainya tentang kewajiban salat lima waktu. Dalam budaya Melayu Riau, pakaian bukan hanya berfungsi sebagai penampilan, tetapi juga sebagai simbol moral dan spiritual. Jumlah kancing lima menjadi refleksi komitmen seorang Muslim dalam menjalankan ibadah secara disiplin. Pakaian adat ini bukan sekadar busana tradisional, tetapi juga representasi ketakwaan yang senantiasa dijaga dalam kehidupan sehari-hari. Filosofi ini menunjukkan bagaimana budaya dan agama saling berpadu, membentuk identitas masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual dalam setiap aspek kehidupan.

Analisis: Perpaduan Budaya dan Keimanan
Dari dua elemen ini, kita bisa melihat bahwa warisan budaya Riau tidak pernah terpisah dari nilai-nilai Islam. Rumah adat dan pakaian adat bukan hanya sekadar warisan leluhur, tetapi juga bentuk dakwah visual yang mengajarkan pentingnya ibadah dalam kehidupan sehari-hari.  Lebih jauh lagi, ini menunjukkan bahwa Islam tidak hanya diajarkan dalam kitab suci, tetapi juga diabadikan dalam tradisi dan simbol-simbol budaya yang terus dilestarikan. Bahkan bagi generasi muda yang mungkin belum memahami sepenuhnya makna dari desain arsitektur atau pakaian ini, mereka tetap akan terpapar pesan-pesan spiritual hanya dengan melihat dan mengenakan warisan budaya ini.  


Refleksi: Peninggalan yang Harus Dijaga Saat mengunjungi Anjungan Riau dan melihat simbol-simbol ini, kita diingatkan bahwa Islam selalu hadir dalam kehidupan masyarakat Melayu Riau, bukan hanya sebagai ajaran, tetapi sebagai bagian dari identitas budaya. Maka, tugas kita bukan hanya mengagumi keindahan rumah adat dan pakaian adat ini, tetapi juga memahami dan mengamalkan makna yang terkandung di dalamnya. Kita bisa mengambil pelajaran bahwa setiap elemen kehidupan, sekecil apa pun, dapat menjadi pengingat akan kewajiban spiritual kita baik itu jumlah anak tangga rumah, jumlah kancing baju, hingga cara kita berinteraksi dengan sesama







SENI MUSIK

Taman Mini Indonesia Indah (TMII)

Taman mini Indonesia Indah (TMII) adalah taman hiburan bertemakan kebudayaan Indonesia. Di TMII, kita bisa menelusuri dan mempelajari kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia, dan seni Musik adalah salah satu kebudayaan Indonesia yang dimunculkan di TMII, lebih tepatnya alat musik khas daerah yang ada di Indonesia. TMII menghadirkan semua kebudayaan yang ada di Indonesia dalam bentuk anjungan. Kami akan membahas tentang alat musik dari anjungan Sumatra Selatan dan Riau

ANJUNGAN SUMATERA SELATAN

Kenong Basemah adalah sebuah alat musik Idiophone, yaitu alat musik yang sumber suaranya berasal dari badan alat musik itu sendiri, dalam hal ini adalah getaran logam, karena Kenong Basemah terbuat dari bahan logam. Kenong Basemah dimainkan dengan cara dipukul, bisa dengan menggunakan tangan ataupun alat pemukul khusus, dan merupakan alat musik ritmis. Alat musik ini mirip seperti gamelan

KENONG BASEMAH

Burdah adalah alat musik membranophone, yaitu alat musik yang sumber suaranya berasal dari getaran membran yang ditegangkan, alat musik ini terbuat dari kulit hewan sebagai membran nya, dan kayu sebagai body nya.. Burdah adalah alat musik ritmis, dan dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tangan, dan dimainkan secara bersama-sama/ansambel, sehingga menghasilkan ritme yang serasi

BURDAH
ANJUNGAN RIAU

Gambus adalah alat musik Chordhopone, yaitu alat musik yang sumber suaranya berasal dari senar, Gambus dimainkan dengan cara dipetik. Alat musik ini terbuat dari kayu, dan senarnya terbuat dari sutra. Gambus adalah alat musik melodis, sehingga gambus akan menghasilkan melodi, tergantung dari akor atau not yang dimainkan, mirip dengan instrumen gitar. Gambus umumnya digunakan sebagai alat musik untuk memberikan melodi pada saat acara-acara tertentu, seperti acara adat, acara pernikahan, atau acara pengajian/zikir.

GAMBUS

Nafiri adalah musik aerophone, yaitu alat musik yang sumber suaranya berasal dari getaran udara hasil dari tiupan. Nafiri terbuat dari bahan logam. Nafiri adalah musik melodis, sehingga Nafiri akan mengeluarkan melodi berdasarkan not yang dimainkan/ditiup. Nafiri mirip seperti alat musik terompet. Nafiri sering digunakan pada acara adat masyarakat Riau, dan juga acara penyambutan orang penting.

Nafiri
MUSEUM INDONESIA

Rebab adalah alat musik yang berasal dari Jawa Barat, dan merupakan alat musik Chordhopone, yaitu alat musik yang sumber suaranya berasal dari senar, Rebab dimainkan dengan cara digesek dengan menggunakan alat khusus. Rebab adalah alat musik melodis, yaitu alat musik yang digunakan untuk memainkan melodi. Rebab biasa dimainkan di acara-acara adat dan acara wayang.